Sabtu, 01 Juni 2013

MAKALAH PENGANTAR MAKRO-INFLASI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH


PENGANTAR EKONOMI MAKRO


INFLASI DAN
KEBIJAKAN PEMERINTAH


DOSEN MATA KULIAH: VIVI SELVIANA, SE., M. Si

LIA LESTARI
1201101010088
EKONOMI PEMBANGUNAN



 






UNIVERSITAS SYIAH KUALA
TAHUN AJARAN 2013






 
BAB I
PENDAHULUAN


1.1.    Latar Belakang Masalah
Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Inflasi adalah suatu keadaan dimana terdapat kenaikan harga umum secara terus-menerus. Jadi, bukan harga satu atau dua acam barang saja, melainkan kenaikan harga dari sebagian besar barang dan jasa, dan pula bukan hanya satu atau dua kali kenaikan harga secara terus menerus.
Inflasi di dunia ekonomi modern sangat memberatkan masyarakat. Hal ini dikarenakan inflasi dapat mengakibatkan lemahnya efisiensi dan produktifitas ekonomi investasi, kenaikan biaya modal, dan ketidakjelasan ongkos serta pendapatan di masa yang akan datang. Keberadaan permasalahan inflasi dan tidak stabilnya sektor riil dari waktu ke waktu senantiasa menjadi perhatian sebuah rezim pemerintahan yang berkuasa serta otoritas moneter . Lebih dari itu, ada kecenderungan inflasi dipandang sebagai permasalahan yang senantiasa akan terjadi . Hal ini tercermin dari kebijakan otoritas moneter dalam menjaga tingkat inflasi. Setiap tahunnya otoritas moneter senantiasa menargetkan bahwa angka atau tingkat inflasi harus diturunkan menjadi satu digit atau inflasi moderat.
Mewujudkan inflasi nol persen atau zero inflation secara terus menerus dalam perekonomian yang berkemabang adalah sukar untuk dicapai. Oleh sebab itu dalam jangka panjang yang perlu diusahakan adalah menjaga agar tingkat inflasi berada pada tingkat yang sangat rendah.
Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan menjadi semakin memburuk sekiranya inflasi tidak dapat dikendalikan. Inflasi cenderung akan menjadi bertambah cepat apabila tidak diatasi. Inflasi yang bertambah serius tersebut cenderung untuk mengurangi investasi yang produktif, mengurangi ekspor dan menaikkan impor. Kecenderungan ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi.



1.2.    Perumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
a)      Apa pengertian dari inflasi?
b)      Apa saja jenis-jenis inflasi?
c)      Apa saja teori-teori inflasi?
d)     Bagaimana cara mengukur inflasi?
e)      Apa saja dampak inflasi?
f)       Kebijakan apa saja yang diambil pemerintah untuk mengontrol inflasi?

1.3.    Tujuan Penulisan
Masalah inflasi yang sangat mempengaruhi pertumbuhan perekonomian Indonesia sangat penting untuk dibahas. Makalah ini dimaksudkan untuk membahas sebab- sebab terjadinya inflasi, cara pengukuran tingkat inflasi serta  kebijakan- kebijakan yang sering diambil pemerintah untuk mengontrol kestabilan inflasi. Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca mapun saya sebagai penulis dapat memahami apa itu inflasi dan kebijakan- kebijakan yang diambil oleh pemerintah yang berhubungan dengan inflasi.


BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN

2.1.  Landasan Teori

          Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus selama waktu tertentu . Menurut para pakar beberapa pengertian mengenai inflasi:

1.  Menurut Nopirin (1987:25)
Inflasi merupakan proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus selama peride tertentu.

2.    Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998: 578-603)
            Inflasi dinyatakan sebagai kenaikan harga secara umum. Jadi tingkat inflasi adalah tingkat perubahan harga secara umum yang dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
Rate of inflation (year t) = Price level (year t)- price level (year t-l) :Price level (year t-l).

            Oleh beberapa ekonom seperti Frank Shostak, inflasi tidak dipandang hanya sebagai suatu kecendrungan dalam perekonomian tanpa melihat adanya campur tangan aktivitas masyarakat (human action). Inflasi tidak dapat dilihat sekedar adanya kenaikan harga melainkan merupakan an increase in the supply of money, which in turns sets in motion a general increase in the prices of goods and services. Pandangan Shostak tersebut ingin mempertajam argument selanjutnya yang akan menggambarkan banyak kerusakan ekonomi yang disebabkan apabila inflasi tidak dapat dikendalikan. Selanjutnya Shostak dengan tegas menyatakan adanya kesalahan Friedman dalam  memandang inflasi. Dimana menurut Friedman  (Dollar and Deficits), iflation is “expected” by producers and consumers, then it produces very little demage. Apapun alasannya, dalam kacamata Shostak inflasi tidak merupakan sesuatu yang dapat diharapkan karena inflasi akan mengakibatkan banyak kerusakan-kerusakan dalam ekonomi.

            Dalam perekonomian terdapat tiga teori utama yang menerangkan mengenai inflasi, yaitu: teori kuantitas, teori kaeynes, dan teori strukturalis atau teori inflasi jangka panjang.

            Teori Kuantitatis merupakan teori tertua yang membahas tentang inflasi, tetapi dalam perkembangannya teori ini mengalami penyempurnaan oleh para ahli ekonomi  Universitas Chicago, sehingga teori ini juga dikenal sebagai model kaum moneteris (monetarist models). Teori ini menekankan pada peranan jumlah uang beredar dan harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga terhadap timbulnya inflasi.

            Teori Keynes mengatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Teori ini menyoroti bagaimana perebutan rezeki antar golongan msyarakat bisa menimbulkan permintaaan agregat yang lebih besar dari pada jumlah barang yang tersedia yaitu bila I>S.

            Sementara itu teori strukturalis atau teori infalasi jangka panjang adalah teori yang menyoroti sebab-sebab inflasi yang berasal dari kekakuan struktur ekonomi, ketegaran supply makanan dan barang-barang ekspor. Karena seba-sebab struktural pertambahan barang-barang produksi ini terlalu lambat disbanding dengan pertumbuhan kebutuhannya, sehingga menaikkan harga bahan makanan dan kelangkaan devisa. Akibat selanjutnya adalah kenaikan harga-harga barang lain, sehingga terjadi inflasi yang berkepanjangan bila pembangunan sektor penghasil bahan pangan dan industry barang imekspor tidak dibenahi /ditambah (Boediono, 1997, h.169-170).




BAB III
PEMBAHASAN
3.1.  Pengertian Inflasi
Yang dimaksud dengan Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain.

Kenaikkan harga-harga karena, misalnya musiman, menjelang hari-hari besar, atau yang terjadi sekalil saja (dan tidak mempunyai pengaruh lanjutan)tidak disebut inflasi. Kenaikan harga semacam ini tidak dianggap sebagai masalah atau penyakit ekonomi dan tidak memerlukan kebijaksanaan khusus menanggulanginya.

   Perkataan “kecenderungan” dalam definisi inflasi perlu digaris bawahi. Kalau seandainya harga-harga dari sebagian besar barang diatur atau ditentukan oleh pemerintah, maka harga-harga yang dicatat oleh biro statistik mungkin tidak menunjukkan kenaikan apapun (Karena yang dicatat adalah harga-harga “resmi” pemerintah ). Tetapi mungkin dalam realita ada kecenderungan bagi harga-harga untuk terus naik. Keadaaan seperti ini tercermin dari, misalnya, adanya harga-harga “bebas” atau harga-harga “tidak bebas” yang lebih tinggi dari harga-harga “resmi” dan yang cenderung naik.

Dalam hal ini, masalah inflasi sebetulnya ada, tetapi tidak diprkenankan untuk ditunjukkan dirinya. Keadaan seperti ini disebut “suppressed inflation” atau “inflasi yang ditutupi, yang pada suatu waktu akan timbul dan menunjukkan dirinya karena harga-harga resmi makin tidak relavan bagi kenyataan.

3.2. Jenis-Jenis Inflasi
1.          Menurut Sifatnya
          Menurut sifatnya, inflasi dibagi menjadi 3 katagori utama yaitu:
·         Inflasi rendah (creeping inflation)
Inflasi ringan adalah inflasi yang masih belum begitu mengganggu keadaan ekonomi. Inflasi ini, masih mudah dikendalikan. Harga-harga naik secara umum, tetapi belum menimbulkan krisis dalam bidang ekonomi. Inflasi ringan berada dibawah 10% per tahun.

·         Inflasi menengah (galloping inflation)
Inflasi sedang belum membahayakan kegiatan ekonomi. Tetapi inflasi ini sudah menurunkan kesehjateraan orang-orang yang berpenghasilan tetap.Besarnya inflasi ini antara 10-30% pertahun. Inflasi ini biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relative besar. Angka inflasi pada kondisi ini biasanya disebut inflasi 2 digit, misalnya 15%, 20%, 30% dan sebagainya.

·         Inflasi Berat (high inflation)
Inflasi ini sudah mengacaukan kondisi perekonomian. Pada inflasi berai ini, orang cenderung menyimpan barang dan pada umumnya orang enggan untuk menabung, karena bunga tabungan yang ditawarkan jauh lebih rendah ketimbang laju inflasi. Bahkan menurut istilah ibu-ibu rumah tangga harga berubah. Inflasi berat berkisar antara 30-100% per tahun.
·         Inflasi Sangat Tinggi (Hyper Inflation)
Inflasi ini ditandai oleh naiknya harga secara drastis hingga mencapai 4 digit (diatas 100%). Pada kondisi ini masyarakat tidak ingin lagi menyimpan uang, karena nilainya merosot tajam, sehingga lenih baik ditukarkan dengan barang.

2.             Berdasarkan Sebabnya
·         Demand Pull Inflation
Inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang tinggi di satu pihak, di pihak lain kondisi produksi telah encapai kesempatan kerja penuh (full employment), akibatnya adalah sesuai dengan hokum permintaan, bila permintaan banyak sementara penawaran tetap maka harga akan naik. Dan bila hai ini berlangsung secara terus-menerus akan mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan, oleh karenas itu untuk mengatasinya diperlukan adanya pembukaan kapasitas produksi baru dengan penambahan tenaga kerja baru.

Apabila ada perkiraan bahwa waktu yang akan datang akan terjadi inflasi, maka pihak perusahaan akan selalu menaikkan harga dan para buruh akan selalu minta kenaikan upah, akibat dari tindakan ini ditunjukkan oleh bergesernya kurva supply yang horisontal ke atas.

Pergeseran kurva supply ini akan mengakibatkan harga naik dari P2 menjadi P3. Selanjutnya hal ini akan mengakibatkan inflasi pada sisi penawaran dengan harga yang naik terus-menerus dan diikuti turunnya produksi dari Y2 menjadi Y1, demikian seterusnya.

·         Coast Push Inflation
Inflasi ini terjadi karena dorongan biaya produksi yang semakin tinggi sehingga harga jual juga semakin tinggi.

·         Natural Inflation
Inflasi ini terjadi karena sebab alamiah (karena bencana alam, kegagalan panen).

·         Human error Inflation
Inflasi ini terjadi karena kelalaian manusia (korupsi, kousi, pajak berlebihan, percetakan uang yang berlebihan).

·         Inflasi Spiral
Inflasi ini terjadi karena inflasi sebelumnya.



3.             Berdasarkan Asalnya
·         Domestic Inflation
Yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri yang timbul karena terjadinya deficit dalm pembiayaan dan belanja Negara yang terlihat pada anggaran belanja Negara. Untuk mrngatasinya biasanya pemerintah mencetak uang baru. Selain itu harga-harga naik dikarenakan musim panceklik (gagal panen), bencana alam yang berkepanjangan dan lain sebagainya.

·         Import Inflation
Inflasi ini terjadi karena adanya kenaikan harga diluar negeri. Dalam perdagangan bebas, banyak negara yang saling berhubungan dalam bidang perdagangan. Jika suatu negara mengimpor barang dari negara yang mengalami suatu inflasi, maka secara otomatis kenaikan harga (inflasi) akan mempengaruhi harga-harga dalam negerinya sehingga menimbulkan suatu inflasi.

3.3.       Teori Inflasi
          Secara garis besar ada 3 (tiga) kelompok teori mengenai inflasi. Ketiga teori itu yaitu sebagai berikut :

1.        Teori Kuantitas
Kaum klasik berpendapat bahwa tingkat harga ditentukan oleh jumlah uang yang beredar pada masyarakat. Harga akan naik jika ada penambahan uang yang beredar. Jika jumlah barang yang ditawarkan tetap, sedangkan jumlah uang ditambah menjadi 2 kali lipat, maka cepat atau lambat harga akan naik menjadi 2 kali lipat.

2.    Teori Keynes
Keynes melihat bahwa inflasi yang terjadi karena adanya nafsu yang berlebihan dari suatu golongan masyarakat yang ingin memanfaatkan lebih banyak barang dan jasa yang tersedia. Karena keinginan memenuhi kebutuhan secara berlebihan, permintaan bertambah, sedangkan penawaran tetap, yang akan terjadi adalah harga akan naik. Misalnya  pemerintah dapat membeli barang dan jasa dengan cara mencetak uang. Inflasi juga dapat terjadi karena keberhasilan pengusaha memperoleh kredit. Kredit yang diperoleh ini digunakan untuk membeli barang dan jasa sehingga permintaan meningkat, sedangkan penawaran tetap. Kondisi ini, berakibat pada kenaikan harga-harga.

3.    Teori Struktural
Teori ini menyorot khusunya penyebab inflasi dario segi struktural ekonomi yang kaku. Produsen tidak dapat mengantisipasi dengan cepat kenaikan permintaan yang disebabkan oleh pertambahan penduduk. Permintaan yang sulit dipenuhi ketika adanya kenaikan jumlah penduduk, jika yang digunakan adalah teknologi sederhana.


3.4.       Pengukuran Inflasi
Angka inflasi dihitung berdasarkan angka Indeks yang dikumpulkan dari beberapa macam barang yang diperjual belikan dipasar dengan masing-masing tingkat. Angka indeks yang memperhitungkan semua barang yang beli oleh konsumen pada masing-masing harganya disebut sebagai Indeks Harga Konsumen ( IHK atau Consumer Price Indeks= CPI). Selain menggunakan IHK, tingkat inflasi juga dapat dihitung dengan menggunakan GNP atau PDB deflator, membandikan GNP atau PDB yang diukur berdasrkan harga berlaku (GNP atau PDB nominal) terhadap GNP atau PDB harga konstan (GNP atau PDB riel).
Adapun rumus untuk menghitung tingkat inflasi adalah:

                       atau         

            Ket :    Inf           adalah tingkat inflasi,
      indeks harga konsumen tahun dasar (dalam hal ini nilainya 100)
          adalah indeks harga konsumen tahun berikutnya.
                                             adalah GNP atau PDB deflator tahun berikutnya
                                 adalah Gnp atau PDB deflator tahun awal (sebelumnya)

3.5.  Indeks Harga dan Deflator
          Indeks harga dapat dibagi menjadi indeks harga tertimbang dan indeks harga biasa
1.      Indeks Harga Sederhana/Biasanya (Tak Tertimbang)
Metode ini menghitung besarnya kenaikan harga dari suatu komoditi setiap periode berdasarkan harga nominalnya. Perlu diingat bahwa indeks pada tahun awal yang sering dipergunakan adalah 100.
Rumusnya untuk menghitung indeks harga biasa ini adalah :
Dimana Pn adalah harga komoditi sekarang, Po adalah adalah harga komoditi yang lain.

2.      Indeks Harga Tertimbang
Metode ini menggunakan tahun dasar atau tahun lalu atau tahun berjalan.
a) Indeks Laspeyers
Indeks harga tertimbang yang menggunakan komoditi tahun dasar sebagai timbangnya.
Q=Komiditi,  P=Harga
b)      Indeks Paasche
Indeks harga Tertimbang yang menggunakan komoditi tahun berjalan
Q=Komoditi, P=Harga



Perhatikan bahwa Indeks Paasche tidak lain adalah GNP atau PDB deflator, karena rumus itu sama dengan:

c)      Indeks Harga Berdasarkan Pembobotan
Para penyusutan Indeks harga haruslah memiliki data mengenai jumlah transaksi (produksi Komoditi) tahun tertentu yang akan dipergunakan sebagai tahun bobotnya.

3.6.    Dampak Inflasi
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik.
Dampak Positif Inflasi
·         meningkatkan pendapatan nasional
·         membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi.
·         Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi
·         Produksi akan diusahakan seefisien mungkin dan konsumtifisme dapat ditekan
·         Inflasi berkepanjangan dapat meumbuhkan industry kecil da;lam negeri menjadi semakin dipercaya dan tangguh
·         Tingkat pengangguran cenderung menurun karena masyarakat akan tergerak untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau membuka usaha
·         Bagi pengusaha barang-barang mewah (high end) yang mana barangnya lebih laku pada saat harganya semakin tinggi (masalah prestise)

Dampak Negatif
·         keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu.
·         Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat.
·         Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
·         Menimbulkan ganggguan pada fungsi uang
·         Distribusi brang relative tidak stabil dan terkonsentrasi dalam jangka pangjang akan membangkrutkan produsen.
·         Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
·         Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
·         Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam..
·         Bagi ,bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
·         Secara umum inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

3.7.    Kebijakan Pemerintah
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter umumnya dianggap sebagai kebijakan untuk mengelola akan sisi permintaan barang dan jasa dalam suatu perekonomian, dengan tujuan untuk mempertahankan produksi nasional suatu perekonomian atau suatu negara yang mendekati kesempatan kerja penuh (full employment) dan juga mempertahankan harga tingkat barang dan jasa pada tingkat yang sudah tercapai sekarang. Apabila terdapat kelebihan permintaan di atas penawaran akan dapat menimbulkan inflasi, sedangkan apabila terdapat kelebihan penawaran di atas permintaan akan terjadi deflasi dan pengangguran.
Pemerintah dapat mempengaruhi permintaa dalam perekonomian dengan menggunakan kebijakan fiscal yaitu dengan cara meningkatkan dan mengurangi pengeluaran pemerintah, subsidi dan tingkat pajak, sedangkan dengan kebijakan moneter, pemerintah dapat mengurangi dan meningkatkan jumlah uang yang beredar. Atau dengan campuran dua kebikjasanaan tersebut yaitu dengan mengubah pengeluaran, pengenaan pajak ataupun jumlah uang yang beredar secara bersama-sama.

A.    Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiscal adalah kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah dengan cara memanipulasi anggaran pendapatan dan belanja negara. Artinya pemerintah dapat meningkatkan atau menurunkan pendapatan negara atau belanja negara dengan tujuan untuk mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat pendapatan nasional.
Pada umumnya pemerintah akan berusaha menentukan target balanja negara, kemudian menentukan tingkat pendapatannya paling tidak dapat menutup seluruh anggaran belanja yang telah ditetapkan tersebut.
Adapun pengeluaran pemerintah itu dapat dibedakan menjadi pengeluaran untuk pembelian barang dan jasa (exhaustive expenditure), dan pengeluaran transfer (transfer expenditure) seperti subsidi, bantuan bencana alam dan sebagainya.

B.     Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang mempengaruhi permintaan dan penawaran akan uang guna menjamin kestabilan ekonomi. Adapun kebijakan moneter ini secara umum dibedakan menjadi kebijakan uang ketat (tight money policy) dan kebijakan uang longgar (easy money policy). Selanjutnya instrument dari kebijakan itu dapat dibedakan menjadi 3 macam instrument yaitu:

- Kebijakan atau politik pasar terbuka (open market operation): ini digunakan untuk menambah atu mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara pemerintah dalam hal ini adalah bank sentral ikut serta dalam jual beli surat berharga. Kalau pemerintah ingin menambah jumlah uang yang beredar, maka ia membeli surat berharga di paar modal. Sedangkan kalau pemerintah bermaksud mengurangi jumlah uang yang beredar, maka ia menjual surat berharga.

- Kebijakan atau politik diskonto (rediscount policy): pemerintah yaitu bank sentral menentukan tingkat atau suku bunga kredit terhadap dana yang dipinjam oleh bank-bank umum dari bank sentral. Kemudian bank umum dalam memberikan kredit kepada nasabah harus memungut bunga pinjaman pula. Supaya bank umum tidak menderita rugi maka ia harus memungut bunga dengan suku bunga yang lebih tinggi daripada suku bunga yang dikenakan oleh bank sentral terhadap bank umum.

- Kebijakan atau politik deking perbankan (legal reseve requirement): bank sentral sebagai pusatnya bank dapat mengatur bank-bank lain dalam melakukan usahanya, khususnya dalam hal yang berkaitan dengan pengendalian kestabilan ekonomi. Bank umum dalam memberikan kredit kepada para nasabah harus mengingat ketentuan yang diberikan oleh pemerintah yaitu bank sentral. Bank umum dalam memberikan kredit harus dideking dengan sejumlah karyawan tertentu, seperti emas, valuta asing, sertifikat Bank Indonesia, deposit berjangka dan uang inti.


BAB IV
PENUTUP

4.1.    Kesimpulan
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain. Jenis-jenis inflasi dibagi Menurut Sifatnya, sebabnya, dan berdasarkan Asalnya.
Ada banyak hal yang ditimbulkan oleh inflasi yang berdampak negatif, diantaranya adalah keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu, menimbulkan ganggguan pada fungsi uang, mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Namun ada beberapa dampak positif yang masih bisa ditimbulkan oleh inflasi, seperti Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, serta tingkat pengangguran cenderung menurun karena masyarakat akan tergerak untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau membuka usaha.


4.2.    Saran
Hendaknya Pemerintah lebih memprioritaskan dalam menganalisa dan menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang berdampak menyeluruh bagi segala aspek kehidupan masyarakat dengan tidak terlalu terpaku pada masalah-masalah sederhana lainnya yang sebetulnya disengajakan untuk mengambil alih perhatian publik. Serta melakukan pembenahan didalam struktur dan sistem birokrasi dari penyaluran-penyaluran anggaran pembangunan agar dapat meminimalisir penyelewengan yang selama ini terjadi, sehingga efisiensi dan efektivitas pengeluaran pemerintah dapat ditingkatkan.



DAFTAR PUSTAKA


          Putong, Iskandar. 2010. Pengantar Mikro dan Makro Jilid 4. Jakarta: Wacana Media

          Boediono. Dr. 1980. Ekonomi Makro Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta

   Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada


1 komentar:

  1. Izin mengcopy artikel nya..Thakns info nya tntang inflasi dan deflasi

    BalasHapus